Seakan-akan
aku melihat Ramadhan…, lalu kusapa ia
“Hendak
kemana dikau?”
Dengan
lembut ia berkata, “Aku harus pergi, mungkin jauh dan sangat lama. Karena
sesungguhnya syawal telah tiba. Tolong sampaikan pesanku untuk setiap muslim:
Salam
dan terima kasihku karena mereka telah menyambutku dengan suka cita. Aku tidak
tahu apakah tahun depan mereka masih bisa menyambutku lagi atau tidak??
Jika
tahun depan mereka bisa menyambutku lagi, maka aku berharap mereka bisa
menyambutku dengan lebih baik lagi, dengan penuh tilawah dan sholat malam.
Aku
sangat sedih jika mengingat penyambutan mereka yang kurang berkenan di hatiku.
Masih terlalu banyak canda, perkataan yang sia-sia serta waktu-waktu yang
terbuang tanpa arti…
Padahal
mereka tahu bahwa jika menyambutku dengan baik maka tentu aku akan menyambutnya
dengan lebih baik lagi kelak di pintu Ar-Royyaan…
Akan
tetapi semua sudah berlalu dan terlambat.
Semoga
setetes air mata yang pernah berlinang dari kedua matanya karena takut tidak
bisa menyambutku dengan baik akan menghapuskan kesalahan-kesalahan dan
menyempurnakan kekurangan-kekurangan mereka.
Sampaikan
pula kepada mereka, bahwa memakai baju baru bukanlah lebaran yang hakiki…
Akan
tetapi, lebaran yang hakiki adalah bergembira dengan keimanan dan semangat baru
dalam beribadah. Janganlah sepeninggalanku terjerumus kembali kepada kemaksiatan-kemaksiatan…
Ingatlah
sesungguhnya Tuhan yang mereka sembah tatkala menjamu kedatanganku… adalah
Tuhan yang sama, yang mereka sembah tatkala aku pergi…
Demikianlah
pesanku kepada setiap muslim. Sampaikan salam kepada mereka, semoga mereka
masih tetap terus merindukan kedatanganku di tahun-tahun mendatang…
Sampai
bertemu di pintu Ar-Royyaan…”
(Ust.
Firanda Andirja)
Komentar
Posting Komentar